Bhineka

Padahal, dulu sempat anti dengan produk produk “Djarum” karena menurutku masih terlalu wangi dan terlalu manis atau mungkin juga karena pada waktu itu masih menganut madzhab “Gudang garam” Dengan citarasa cengkeh nya yang aduhai, sehingga meninggalkan pedas di tenggorokan. Dikalangan perokok, (meski tak semua) terbagi menjadi 2 Mazhab; Mazhab gudang garam dan Mazhab Djarum, dan satu satunya Mazhab yang netral adalah Mazhab “234” Yang mencakup semuanya “pedes,manis,sepet” Jadi satu di sebatang rokok, sehingga sadar tidak sadar penganut 234 (meski tidak semua) Mazhab tersebut “bisa hadir diantara dua golongan tersebut” Alias doyan kabeh atau sering mendapat gelar “cangkem asbak” ☕

Lalai

Sejenak sudrun duduk sembari sesekali menghisap rokok yang dibakarnya sedari tadi penuh hikmat. Dalam hati sudrun bergumam ” Rasanya aku ini terlalu sibuk mengetuk pintu rumah-Mu, rasanya aku ini sibuk mengumpat setiap hidangan masakan yang Kau sajikan, hingga aku lupa untuk sesekali memuji-Mu, menyebut nama-Mu dalam langkah yang tak pernah mau merasa salah, padahal, tanpa aku sadari aku sudah berada di dalam rumah-Mu, rumah yang cantik, halaman yang luas, serta hiasan dinding yang nangkring rapi disetiap sudut ruangnya” Payah sekali aku ini, maki sudrun seraya membanting rokok yang tinggal sekali hisap lagi.

Vox populi Vox cigarette

Berbicara mengenai rokok, mesti berbicara pula mengenai bahan bahannya, seperti tembakau, cengkeh, klembak dan juga menyan. Namun, kali ini saya tidak akan membicarakan tentang cengkeh, klembak dan juga menyan, melainkan Tembakau. Tembakau merupakan bahan utama dalam sebatang rokok, tanpa tembakau tidak mungkin itu bisa dikatakan sebatang rokok. Di Indonesia tersebar berbagai jenis tembakau dengan varietas berbeda di setiap daerahnya dan menghasilkan citra rasa khas yang berbeda beda pula, hal tersebut dikarenakan faktor tanah, kelembaban, dan curah hujan yang berbeda disetiap daerah, tidak terkecuali tembakau temanggung. Temanggung sendiri mendapat predikat sebagai “kota tembakau”, banyak masyarakat disana yang menggantungkan hidupnya pada tembakau dan juga sayuran. Bahkan, tak tanggung tanggung, tembakau temanggung ada yang sampai di ekspor “Tembakau srinthil” namanya. Srintil merupakan tembakau Temanggung yang paling unik bentuknya, prosesnya, rasanya dan juga mitosnya. Konon, Srintil adalah akronim dari “Srine Ngintil”. Kata Sri disini berasal dari dwi sri (dewi yang dilambangkan membawa kesuburan dalam mitologi Jawa) sedangkan ngintil (berasal dari bahasa jawa yang berarti ikut) sebagian masyarakat di temanggung menyebut sritil sebagai tembakau yang terberkati. Konon, dari beberapa hektar tanaman Tembakau hanya sepersekian yang (kemungkinan) bisa menjadi Srintil. Mungkin, hal itu juga yang membuat tembakau Srintil memiliki harga yang selangit/mahal. Tembakau temanggung sendiri sering juga disebut tembakau lauk, artinya tembakau temanggung sebagai pamungkas/penutup apabila seseorang hendak meracik (mencampur tembakau dari berbagai jenis tembakau) atau mungkin ini berlaku juga di rokok rokok pabrikan. Banyak pabrikan pabrikan rokok di Indonesia seperti djarum, gudang garam dan masih banyak yang lainnya, yang menggunakan tembakau temanggung sebagai bahan untuk produksinya. Hal tersebut dikarenakan karakter tembakau temanggung yang unik, tembakau temanggung seperti memberikan feedback, hal itu dikarenakan tembakau temanggung termasuk tembakau yang high nicotine (nikotin tinggi) pada saat dihisap (dalam hal ini ditarik) biasanya seperti nonjok/mukul/nyegrak/membuat batuk terlebih bagi orang yang sebelumnya tidak pernah melinting (tentu hal itu tidak berlaku dengan tembakau temanggung yang sudah masuk di pabrik rokok, biasanya tembakau yang sudah masuk dipabrik sudah dicampur saos/rasa). Maka dari itu untuk mengurangi rasa nyegrak ditenggorokan tembakau temanggung harus di campur dengan bahan penunjang seperti cengkeh agar sedikit mengurangi nyegrak nya. Selain di campur dengan cengkeh, untuk mengurangi nyegrak nya bisa juga dicampur dengan tembakau tembakau yang memiliki karakter medium (sedang) seperti tembakau dari Jawa Timur (tambeng, kayu mas, gading, podai dari madura) dan tembakau dari lombok (senang dan kasturi) atau yang terakhir, dicampur dengan tembakau mole dari Jawa Barat. Dan untuk takaran cengkehnya, semua kembali pada masing masing penikmatnya.

Tak ada lagi

Bahagia adalah fana, sepilah yang abadi.
Diantara jemari, sepi membentangkan sayapnya: kian lebar
Sesal hinggap diantara ranting luka; tertawa
Memandang ku bermandikan linang airmata;yang terlahir dari kesal juga sesal yang tak ada habisnya.
Sial, aku dirajam rindu; yang kian waktu bertingkah brutal.
Kasih, bahagia adalah fana. Ternyata sepilah yang menjadi juaranya.

Ne(s)y

Di demargamu ku sandarkan kapal tua yang lelah berkelana:— terombang ambing dengan sepi yang enggan berpaling,
Diterpa badai, diterpa hujan, dihantui ombak yang membuat sesak, juga sepi yang teramat panjang.
Di dermagamu, rimbun pepohonan, menghalau segala risau, juga ingin yang menjulang.
Di dermagamu;— silir angin, kicau camar serta senja dengan jingga yang mempesona; aku tenang
Tanpa terbesit untuk berpulang pada dermaga yang tandus, dermaga yang berserakan di pulau nun jauh disana;— yang ku beri nama dermaga kenangan.

Juli abadi

Happy milad. Bung! Hujan bulan Juli tetaplah abadi:— dengan rinai yang tak bertepi. Dari Sapardi hingga Otto yang ku dengar baru baru ini. Juli adalah air mata. Tangis, bahagia hingga duka. Hujan bulan Juli tetaplah abadi!